NEGATIVE LEARNING; Pengertian dan Sikap Masyarakat Terhadapnya

A. Pengertian Negative Learning

Learning secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran, yakni sebuah proses untuk menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pengertian ini meliputi 'konsep nilai' sebagai landasan gerak dan 'gerak' itu sendiri dalam konteks praksis. Jadi, dapat kita pahami bahwa setiap perilaku pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran (learning).

Termasuk perilaku negatif sebagai sebuah praksis juga bagian dari hasil proses learning. Artinya, jika seseorang melakukan perilaku negatif, dapat dipastikan ada proses learning yang secara sadar atau tidak sadar telah diikuti oleh orang tersebut. Proses tersebut bisa berupa penglihatan berulang-ulang atas perilaku yang sama, ajakan berulang untuk melakukan perilaku negatif walaupun oleh orang yang berbeda dan dengan alasan yang berbeda, atau pengalaman langsung mendapatkan perilaku negatif. Proses tertanamnya nilai-nilai negatif dan atau meningkatnya keterampilan dalam mengaplikasikan nilai negatif inilah inti dari negative learning.

Pemahaman seperti ini sepintas berlawanan dengan pengertian secara umum (konvensional), dimana pendidikan, terutama dalam konteks formal selalu dipahami dalam makna positif, yakni proses yang dirancang untuk meningkatkan mutu atau kualitas diri seseorang.

Dalam pemahaman konvensional tentang pendidikan, ada dua hal yang melekat, yakni sadar dan positif. Sadar artinya suatu proses dikatakan sebagai pendidikan ketika seluruh atau sebagian besar unsurnya secara sengaja (sadar) didesain untuk membentuk perilaku tertentu. Sedangkan positif artinya, perilaku yang dituju hanya bernilai positif, baik secara moral, intelektual, maupun skill fisikly.

Untuk itu, ukuran kegagalan atau keberhasilan dalam konsep ini hanya terukur secara ekstrem sampai pada titik nol pencapaian, yakni ketika tidak ada peningkatan sama sekali pada diri seseorang setelah mengikuti proses pendidikan. Sehingga dengan demikian, kurva pencapaian pendidikan selalu dalam garis positif.

Pemahaman seperti ini sesungguhnya mengingkari kenyataan. Sebab, sering terjadi seseorang telah mencapai kemajuan tertentu pada pengetahuan dan keterampilan positifnya, tetapi disaat yang sama ia juga mengalami peningkatan pada pengetahuan dan keterampilan negatifnya. Atau mengalami peningkatan pada sikap dan keterampilan negatifnya, sekaligus mengalami kemerosotan pada sikap dan keterampilan positifnya.

Dalam hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan anak ke arah negatif pun juga bisa terjadi dan menjadi bagian dari hasil proses pendidikan, sehingga dapat kita pahami bahwa setiap proses yang berdampak pada menurunnya nilai-nilai positif pada seseorang juga bagian dari learning. Dalam konteks inilah negative learning bisa kita pahami sebagai proses interaksi yang berdampak pada tertanamnya nilai-nilai negatif dan atau keterampilannya dalam mengaplikasikan nilai tersebut, atau menurunnya nilai-nilai positif dan atau keterampilannya dalam mengaplikasikan nilai-nilai tersebut pada diri seseorang.


B. Sikap Masyarakat terhadap Negative Learning

Perubahan perilaku ke arah negatif memang bukan merupakan hasil sadar atau target dari sebuah program pendidikan. Akan tetapi, hal ini riil terjadi di hampir setiap lembaga pendidikan ataupun keluarga. Tawuran pelajar, geng pelajar, peredaran narkoba di sekolahan, perpeloncoan dengan kekerasan, tingginya tingkat keridakperawanan siswa sekolah menengah, anak-anak broken home, kekerasan dalam rumah tangga, menurunnya penghormatan anak kepada orang tua, semakin renggangnya ikatan keluarga dan sosial, gaya hidup hedonis materialistis, adalah fenomena yang saat ini semakin berkembang. Fenomena ini tentu saja bukan karakter asli manusia yang telah ada sejak kelahirannya, karena fitrah manusia adalah kebaikan. Fenomena ini jelas merupakan 'hasil ikutan' yang melekat dalam setiap proses pendidikan yang diikuti anak, baik di rumah maupun di sekolah. Oleh karena itu, para orang tua dan pendidik harus segera menyadari dan memberikan perhatian serius terhadap masalah ini. Sebab jika tidak diatasi, akan terus berkembang dan menjadi bencana kehidupan.

Akan tetapi ironisnya, kebanyakan orang tua dan pendidik belum menaruh perhatian serius terhadap masalah ini. Masih sangat sedikit literatur maupun forum-forum ilmiah seperti diskusi, seminar, ataupun pelatihan pendidikan; baik untuk guru maupun orang tua yang menjadikannya sebagai fokus kajian, shingga sebagai sebuah persoalan dalam pendidikan, ia seolah terabaikan. Negative learning terus saja terjadi, bahkan di lingkungan pendidikan dan keluarga berpendidikan. Ketika akibatnya sudah nyata dirasakan, seperti siswanya atau anaknya yang terlibat tawuran, narkoba, atau tindak kriminal lainnya, mereka pun hanya terkejut dan kebingungan. Bahkan, kemudian masih mencari alasan di luar lingkup tanggung jawabnya. Tidak jarang juga saling melempar tanggung jawab dengan mencari kesalahan orang lain.

Lebih ironi lagi, perasaan tidak bertanggung jawab atas masalah ini telah mendorong para orang tua dan pendidik bersikap sangat tidak edukatif. Ketika ditemukan perilaku negatif anak atau peserta didik, mereka justru bersikap sebagaimana layaknya hakim, yang melihat perbuatan hanya dalam perspektif hukum (menganggapnya sebagai pelanggaran norma), sehingga pola berpikir dan tindakan yang diambil pun dalam perspektif hukum, yakni hukuman apa yang layak bagi pelanggarannya. Atau sebagaimana layaknya seorang advokat yang harus membela klien apapun kesalahannya, sehingga paradigma berpikirnya selalu mencari penyebab atau kesalahan di luar dirinya.

Padahal, mereka adalah para pendidik yang semestinya selalu memberikan respons edukatif terhadap apapun perilaku anaknya, sehingga perilaku negatif anak semestinya dilihat dalam perspektif pendidikan, yakni sebagai produk dari sebuah pembelajaran (learning). Dengan demikian, tanggapan yang diberikan pun semestinya bersifat mendidik, yakni perenungan atas sebab-sebabnya, dan tindakan apa yang tepat untuk menyadarkannya.




Sumber :

Masruri.2011.Negative Learning.Solo: PT Era Adicitra Intermedia.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Kami tunggu tanggapan Anda!

Terima Kasih.

© all rights reserved
dibuat dengan penuh oleh Wiji Hatmoko