Kebaikan Kecil dan Kebaikan Besar

Kadangkala kita sering menganggap remeh suatu kebaikan kecil sehingga merasa enggan untuk melakukannya. Karena kita lebih suka melakukan kebaikan besar yang juga memutuhkan tenaga dan pikiran yang ekstra untuk mengerjakannya. Sementara itu, kebaikan kecil yang mudah dan tidak memerlukan banyak tenaga sering kita hindari. 

Sebagian orang meyakini bahwa kebaikan itu memiliki tingkatan, mulai dari yang berpahala kecil sampai berpahala besar. Dan dari sebagian orang tersebut, meyakini bahwa pahala besar tentu harus    disertai dengan kebaikan besar. Mereka meyakini bahwa semakin besar kebaikannya maka pahalanya juga semakin besar.


Lalu menurut Anda apakah ada kebaikan kecil dan kebaikan besar itu?

Untuk mempermudah pemahaman tentang kebaikan kecil dan kebaikan besar, ada baiknya Anda menyimak ilustrasi berikut:

1. Seseorang yang melakukan pekerjaan membuat bendungan agar orang lain bisa memanfaatkan airnya sehingga diwaktu kemarau tidak mengalami kekeringan dan ketika musim penghujan orang tidak terkena banjir.

2. Ada seseorang yang berada di pintu air bendungan yang diatur dengan sebuah alat elektronik. Orang tersebut tahu bahwa ada kabel yang salah dipasang. Yang akibatnya jika orang menekan tombol ON maka pintu air bendungan akan jebol. Lalu ia segera mencari tang dan membenarkan kabel yang salah tersebut.

Menurut Anda manakah yang merupakan kebaikan kecil dan kebaikan besar?


Ya, semuanya adalah contoh perbuatan yang termasuk dalam kebaikan besar. Mengapa? Karena kebaikan itu bukanlah terletak pada besarnya usaha untuk melakukan kebaikan itu, namun lebih terletak pada dampaknya. Suatu kebaikan kecil yang dampaknya besar bagi orang lain, maka kebaikan itu adalah kebaikan besar.

Maka janganlah kita suka meremehkan kebaikan yang kita anggap kecil itu sehingga enggan melakukannya. Lakukanlah sebanyak-banyaknya kebaikan, karena yang namanya kebaikan pasti berdampak baik. 

Buku Daftar Nilai dan Raport Otomatis

Akhirnya setelah satu semester menggunakan aplikasi daftar nilai dan raport otomatis buatan sendiri masih banyak saya temui beberapa bug di sana sini ketika mau menuliskan di raport. Diantaranya masih dijumpai rumus penjumlahan yang masih belum sama hasilnya jika dijumlah dengan cara manual. Maklumlah, masih tahap pertama pembuatan raport otomatis.

Bagi rekan-rekan guru yg sudah terlanjur download versi pertama mohon maaf ya, jika kurang sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun, kekurangan pada versi pertama sudah dapat saya atasi dengan sedikit memodifikasi rumus rata-ratanya, sehingga jika Bapak/Ibu Guru menghitung dengan kalkulator hasilnya akan sama dengan aplikasi Daftar Nilai dan Raport Otomatis Versi ke dua ini. Yang mana, dengan aplikasi ini insya Allah akan lebih mempermudah dan mempercepat pengerjaan raport di akhir semester.







Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa akan Anda jumpai beberapa kesalahan rumus pada aplikasi ini. Harapan saya adalah semoga Anda berbesar hati untuk memaafkan dan memberitahukan kesalahan rumus yang Anda jumpai pada saya.

Semoga aplikasi kecil ini memberi manfaat yang tidak sekecil seperti ukuran filenya.

Download di sini

link 1 Aplikasi Buku Daftar Nilai dan Raport Otomatis Versi 2
password :  seputarpendidikansd.blogspot.com

link 2 Daftar Nilai + Raport
Note : to unprotect sheet (rename sheet ) use this password : spdsd
Follow this steps to unprotect sheet
1. Open file daftar nilai + rapor new
2. On menu REVIEW find Protect Workbook
3. Use password above to unprotect Workbook.

Thanks!






KISI-KISI UN SD 2013

Langsung saja bagi yang menginginkan kisi-kisi UN SD/MI-SDLB tahun pelajaran 2012/2013 silahkan ikuti tautan di bawah ini:

DOWNLOAD KISI-KISI UN SD/MI- SDLB TAHUN 2013

Bagaimana Cara Meneliti dalam PTK

Diawali dengan masalah nyata yg dihadapi guru dalam melaksanakan tupoksi

Contoh: Rendahnya Kreativitas (Y1) dan hasil (Y2) belajar matematika.

Apa itu masalah? 
Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dengan harapan.
Masalah yang bisa diteliti dalam PTK:
1. Berhubungan dengan proses pembelajaran
2. Hasil Pembelajaran 

Ciri Masalah:
Selalu mengandung variabel (sesuatu yang dapat berubah-ubah)
Contoh : variabel masalah : -kreatifitas belajar matematika
                                          -hasil belajar matematika
              variabel tindakan : memanfaatkan alat peraga   (minimal 2 tindakan / siklus)

Contoh masalah yang sering ditemukan guru:
  1. keberanian bertanya
  2. motivasi belajar
  3. hasil belajar
  4. minat siswa
  5. sikap belajar
  6. keaktifan belajar, dll.

Download Lampiran APKG I dan APKG II

Bagi Anda yang masih melanjutkan studi ke S1 PGSD mungkin suatu saat nanti akan dihadapkan pada tugas membuat Laporan PKP. Dan tentu saja, satu hal penting  yang harus Anda persiapkan adalah APKG I dan APKG II. Daripada file APKG I dan APKG II yang saya punyai ini menjamur di harddisk, mendingan saya bagikan saja kepada mereka yang mungkin membutuhkan file kecil ini.

Baiklah langsung saja, silahkan di download ya..

APKG I

APKG II 

Semoga bisa memberi manfaat bagi kita semua.

Pengerjaan Perkalian dengan Metode Matrik

Keterampilan melakukan operasi perkalian merupakan salah satu kemampuan dasar matematika yang harus dikuasai oleh siswa pada jenjang pendidikan dasar. Kemampuan melakukan operasi perkalian menjadi prasyarat penting guna mempelajari matematika lebih lanjut.


Operasi perkalian ini harus dipelajari setelah siswa menguasai dengan baik operasi penjumlahan. Karena operasi perkalian merupakan penggandaan atau pengulangan operasi penjumlahan, jadi penguasaan kemampuan melakukan operasi penjumlahan merupakan dasar untuk mempelajari operasi perkalian.

Pengerjaan perkalian dengan metode matrik

 

Perkalian dengan Metode Matrik

Berikut ini saya sampaikan bagaimana mengerjakan perkalian dengan metode matrik. Selain mudah dan menyenangkan, metode ini juga bisa membuat siswa menjadi tertarik pada matematika karena mereka dapat mengerjakan operasi hitung perkalian dengan berbagai cara. Sehingga dapat mengubah mindset siswa bahwa matematika itu bukanlah mata pelajaran yang menjemukan dan menakutkan, tetapi matematika itu mudah, menyenangkan, dan melatih kreatifitas berfikir.


Untuk lebih mudah menguasai dan mempraktekkan metode matrik ini, saya beri contoh misal kita akan menyelesaikan soal 367 x 89, langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut :

Bilangan 3, 6, dan 7 kita tempatkan pada 3 kolom pada baris pertama, dan bilangan 8 dan 9 pada dua baris pada kolom paling kanan.
 
Lakukan operasi perkalian 3 x 8 yang menghasilkan 24. Bilangan 24 dituliskan pada sel/kotak dibawah 3 dan sebaris dengan 8, dan penulisannya dipisahkan antara puluhan dan satuan (gambar 1). Demikian seterusnya untuk 3 x 9, 6 x 8, 6 x 9, 7 x 8, dan 7 x 9.
Pengerjaan perkalian dengan metode Matrik
Gambar 1
 
Setelah semua operasi perkalian dilakukan, langkah berikutnya adalah menjumlahkan sesuai dengan arah diagonal mulai dari diagonal paling kanan, dan hasil penjumlahan dituliskan pada sel/kotak pada bagian tepi kiri dan bawah (gambar 2). 

Gambar 2

Diagonal paling kanan = 3, berikutnya 6 + 6 + 4 = 16 dituliskan 6, puluhan 1 disimpan dan ditambahkan pada diagonal berikutnya : 1 + 5 + 8 + 5 + 7 = 26 ditulis 6, 2 disimpan dan ditambahkan pada diagonal berikutnya 2 + 4 + 4 + 2 = 12 ditulis 2, 1 disimpan dan ditambahkan pada diagonal berikutnya 1 + 2 = 3.
 
Hasil perkalian diperoleh dengan urutan mulai kanan bawah sebagai “satuan”, sebelah kirinya sebagai “puluhan” dan seterusnya. Jadi kita mendapatkan hasil bahwa : 367 x 89 = 32663
 
Demikian penjelasan mengenai metode matrik untuk pengerjaan perkalian. 

Selanjutnya, silakan cobalah dengan perkalian 765 x 456 dengan menggunakan metode matrik lalu tuliskan hasilkan di bagian kolom komentar.

Semoga berhasil!

Cara Mudah Menghafal Morse


Ada banyak cara untuk cepat menghafalkan sandi morse yang sudah diperkenalkan. Namun kali ini penulis akan coba menawarkan sebuah cara yang menurut penulis mudah sekali untuk menghafalkan sandi morse dengan cepat.


Cara Mudah Menghafal Morse

Salah satu cara mengahafalkan sandi morse yaitu dengan mengubah tanda sandi morse tersebut menjadi kata-kata yang tentunya mudah dihafalkan. Dalam contoh berikut, kita akan mengubah tanda “-” (strip) pada sandi morse dengan lafal huruf vokal O. Sedangkan tanda “.” (titik) pada sandi morse diganti dengan lafal huruf vokal lain (selain huruf O).
Contoh:
Misalnya huruf “D” pada sandi morse dilambangkan dengan “-..” (strip-titik-titik). Kita pilih kata yang suku katanya terdiri dari vokal O – bukan O – bukan O, misalnya kita pilih kata DOMINAN. DO memiliki vokal O jadi mewakili tanda “-” (strip) pada sandi morse. MI dan NAN memiliki vokal I dan A (bukan O) mewakili tanda “.” dan “.” (titik-titik).
Contoh lain misalnya huruf “U” pada sandi morse dilambangkan “..-” (titik-titik-strip). Kita pilih kata yang terdiri dari vokal bukan O – bukan O – vokal O, misalnya kita pilih kata UNESCO. Suku kata U dan NES memiliki vokal U dan E (bukan O) mewakili tanda “.” dan “.”. Sedang suku kata CO memiliki vokal O mewakili tanda “-” (strip).Berikut contoh kata-kata yang melambangkan setiap huruf pada sandi morse, para pembaca dapat mengganti kata-kata asal tetap mewakili huruf pada sandi morse sesuai aturan di atas.
A : ANO            . -
B : BONAPARTE        - . . .
C : COBA COBA        - . – .
D : DOMINAN        - . .
E : EGG            .
F : FATHER JOHAN    . . – .
G : GOLONGAN        - – .
H : HIMALAYA       . . . .
I : ISLAM        . .
J : JAGO LORO         . – - -
K : KOMANDO        - . -
L : LEMONADE        . – . .
M : MOTOR        - -
N : NOTES        - .
O : OTOMO        - – -
P : PERTOLONGAN    . – - .
Q : QOMOKARO    - – . -
R : RASOHE        . – .
S : SAHARA        . . .
T : TONG        -
U : UNESCO        . . -
V : VERSIKARO        . . . -
W : WINOTO        . – -
X : XOXENDERO        - . . -
Y : YOSIMOTO        - . – -
Z : ZOROASTER        - – . .
Itu sedikit trik untuk menghafal sandi morse, semoga bermanfaat bagi kakak-kakak pembina dan atau adik-adik Pramuka semua. 

Terima kasih.

Cara Mudah Menghafal Semaphore


Dalam kondisi darurat yang tidak memungkinkan berkomunikasi secara normal, kita memerlukan alat komunikasi yang bisa kita bilang sederhana. Salah satunya adalah menggunakan bendera semaphore. Tapi berkomunikasi dengan semaphore bagi para pemula merupakan kesulitan tersendiri, karena perlu menghafalkan posisi bendera untuk huruf-huruf dalam alphabet. Nah … dalam tulisan berikut penulis mencoba menawarkan cara yang terbilang mudah untuk menghafal posisi bendera semaphore. Dan sekalian juga bagaimana cara untuk mengirim pesan dengan semaphore. Semoga bermanfaat.


Untuk mengirim pesan dengan semaphore, kita memerlukan sepasang bendera semaphore lengkap dengan tongkat pegangannya. Biasanya bendera semaphore digunakan adik-adik Pramuka disini berukuran 40 cm x 40 cm dengan warna merah dan kuning. Warna merah dan kuning bersilang dari kanan ke kiri (perhatikan gambar). Tapi sebenarnya untuk warna sebenarnya tidak ada aturan yang mengikat. Tongkat pegangan dibuat dari bahan kayu atau yang lain dengan panjang 50 cm. Tongkat ini sebagai perpanjangan bagi pengirim pesan.
Pengirim hanya menggunakan gerakan lengan atas untuk mengirim pesan. Sedangkan siku dan pergelangan tangan harus tetap lurus. Posisi kaki harus tegak namun tetap fleksibel untuk melakukan gerakan dan tidak boleh kaku. Intinya pengirim pesan harus tetap relaks dalam mengirimkan pesan. Untuk penerima pesan agak sedikit berbeda dalam membaca pesan dari pengirim. Karena posisi bendera untuk penerima pesan adalah kebalikan dari pengirim pesan. Oleh karena itu sebaiknya adik-adik belajar menjadi pengirim maupun penerima pesan. Dan sebaiknya belajar secara berpasangan sehingga bisa saling mengoreksi.

Cara mudah untuk menghafalkan kode isyarat semaphore


Salah satu cara yang mudah untuk menghafal kode isyarat semaphore adalah dengan metode jarum jam. Posisi tangan disusun dalam lingkaran dengan diberi penomoran (perhatikan gambar berikut ini).


Nah untuk menghafal kode isyarat tersebut tinggal menghafalkan posisi dari tangan sebagai berikut:
Huruf
A
B
C
D
E
F
G
Posisi
1
2
3
4
5
6
7
Huruf
H
I
K
L
M
N
Posisi
1-2
1-3
1-4
1-5
1-6
1-7
Huruf
O
P
Q
R
S
Posisi
2-3
2-4
2-5
2-6
2-7
Huruf
T
U
Y
salah
Posisi
3-4
3-5
3-6
3-7
Huruf
angka
J
V
Posisi
4-5
4-6
4-7
Huruf
W
X
Posisi
5-6
5-7
Huruf
Z
Posisi
6-7
Cara mengirim pesan dengan isyarat bendera semaphore


Tata cara mengirim berita dengan menggunakan bendera semaphore memiliki aturan baku. Aturan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Pengirim berita mengirim kode huruf U-R berulang-ulang untuk menandai bahwa pesan akan segera dikirim.
  2. Jika penerima pesan telah siap untuk menerima maka mengirim huruf K. Jika penerima belum siap mengirim huruf Q.
  3. Jika penerima telah siap pengirim pesan mengirimkan huruf-huruf isi pesan satu-persatu. Untuk memisahkan setiap kata posisi bendera dipegang bersilang di bawah.
  4. Jika terjadi kesalahan dalam mengirim berita, kirim huruf E sebanyak 8 kali atau cukup mengirim tanda salah/ANNULIR (posisi 3-7) lalu ulangi kata-kata yang salah.
  5. Jika setiap perkataan telah diterima dengan baik penerima pesan mengirim huruf C.
  6. Jika pengirim berita mengirim huruf I-M-I dirangkai, artinya penerima meminta kata terakhir di ulang. Ulangi kembali mengirim kata terakhir sebelum diteruskan kata-kata berikutnya.
  7. Untuk menyatakan berita telah selesai dikirim dinyatakan dengan huruf A-R. Tunggu sampai penerima mengirim huruf R yang berarti berita telah diterima dengan baik.
  8. Untuk mengirim angka diawali dengan memberi tanda angka (mode numerik)dengan cara bendera disilang membentuk huruf X di atas kepala atau posisi bendera 4-5. Selanjutnya kirim angka dengan ketentuaan: Huruf A untuk angka 1, huruf B untuk angka 2, huruf C untuk angka 3, huruf D untuk angka 4, huruf E untuk angka 5, huruf F untuk angka 6, huruf G untuk angka 7, huruf H untuk angka 8, huruf I untuk angka 9, dan huruf J untuk angka O. Untuk mengakhiri pengiriman angka kirim huru V (mode alphabetik). Penerima mengulangi setiap angka yang dikirim sebagai tanda angka yang dikirim telah dimengerti.
Nah sekarang cobalah untuk mempraktekkan semua penjelasan di atas bersama teman-temanmu. Semoga sukses dan membawa manfaat bagi kita semua.

Simpul dan Ikatan dalam Pramuka

Dalam tali temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal ini sebenarnya berbeda sama sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya.

Macam simpul dan kegunaannya
1.         Simpul ujung tali
            Gunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas
2.         Simpul mati
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin
3.         Simpul anyam
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering
4.         Simpul anyam berganda
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan basah
5.         Simpul erat
            Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan
6.         Simpul kembar
            Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin
7.         Simpul kursi
            Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan
8.         Simpul penarik
            Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar
9.         Simpul laso

            Untuk gambar macam-macam simpul dapat dilihat di bawah ini
 



Macam Ikatan dan Kegunaannya
 
1.   Ikatan pangkal
Gunanya untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang, akan tetapi ikatan pangkal ini dapat juga digunakan untuk memulai suatu ikatan.
 
2.  Ikatan tiang
Gunanya untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa misalnya untuk mengikat leher binatang supaya tidak tercekik.
 
3. Ikatan jangkar
Gunanya untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.
 
4. Ikatan tambat
Gunanya untuk menambatkan tali pada sesuatu tiang/kayu dengan erat, akan tetapi mudah untuk melepaskannya kembali. Ikatan tambat ini juga dipergunakan untuk menyeret balik dan bahkan ada juga dipergunakan untuk memulai suatu ikatan.
 
5. Ikatan tarik
Gunanya untuk menambatkan tali pengikat binatang pada  suatu tiang, kemudian mudah untuk  membukanya kembali. Dapat juga untuk turun ke jurang atau pohon.
 
6. Ikatan turki
Gunanya untuk mengikat sapu lidi setangan leher
 
7. Ikatan palang
8. Ikatan canggah
9. Ikatan silang
10. Ikatan khaki tiga

Untuk gambar macam-macam ikatan dapat dilihat di bawah ini.




Menaksir Ketinggian dengan Tongkat Pramuka

Dalam kepramukaan kadang kita diminta untuk menaksir ketinggian pohon, gedung, atau menara. Nah bagi teman-teman yang masih bingung bagaimana caranya silahkan simak panduan berikut ini ya. Bagi yang sudah bisa mari kita bandingkan caranya, apakah sama dengan cara ini atau tidak. Semoga saja tidak sama agar ilmu pengetahuan kita semakin bertambah dan lebih kreatif.


Keterangan:

CD adalah pohon yang ingin diketahui berapa tingginya
EB adalah tongkat Pramuka
A adalah mata penaksir

Peralatan:

1. Tongkat pramuka
2. Alat tulis
3. Alat ukur Meteran, Penggaris /Pongkat (tinggi tongkat adalah 160 cm)



Langkah Menaksir Ketinggian dengan Tongkat Pramuka

 
Satu orang memegang tongkat yang di dalam gambar adalah EB, orang lain mengincar dari tanah sehingga kelihatan tinggi tongkat dan tinggi pohon CDadalah satu garis lurus dengan pandangan pengincar. Bila tinggi pohon dan tinggi tongkat tidak segaris pemegang tongkat disuruh maju atau mundur antara arah pengincar dan pohon. Sesudah didapat garis lurus antara tongkat dan pohon, tandai tanah atau lantai yang menjadi dasar tongkat hurup B pada gambar. Tandai pula titik dimana mata orang yang mengincar tongkat dan pohon tersebut di lantai atau tanah huruf A pada gambar. Ukur jarak antara A sampai B misal 1,5 tongkat, catat pada alat tulis yang tersedia!, ukur juga jarak dari A sampai C misal 6,5 tongkat, catat juga pada alat tulis yang tersedia!.



Catatan:
AB = 1,5 tongkat = 1,5 X 160 = 240 cm
AC = 6,5 tongkat = 6,5 X 160 = 1040 cm



Rumus :
AB/AC = BE/CD (BE adalah tinggi tongkat)

240/1040 = 160/CD
240/1040 X CD = 160
240 X CD = 160 X 1040

CD = (160X1040)/240
CD = 166400/240

CD = 693,3 cm = 6.93 m


Jadi tinggi pohon CD kurang lebih 7 m


So, apakah cara kita sama?
Silakan share pengalaman Anda di bagian kolom komentar.

PERBEDAAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI DAN TUJUAN PEMBELAJARAN (Oleh Dra.Sri Wardhani, M.Pd)

Setiap kali penulis berkesempatan untuk menjumpai para guru dalam suatu pelatihan, workshop, seminar, atau dialog dengan topik pembahasan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), khususnya terkait dokumen-2 KTSP, pertanyaan seperti pada judul tulisan ini seringkali muncul, bahkan boleh dikatakan selalu muncul. Pertanyaan itu muncul khususnya setelah sekolah mulai mengembangkan kurikulum sekolah yang kemudian populer dengan nama KTSP. Hal itu wajar karena dokumen-2 KTSP adalah silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dibuat oleh para guru di sekolah masing-masing. RPP yang dibuat para guru itu antara lain memuat komponen indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Sebelum era KTSP, sebagai persiapan mengajar, para guru sebenarnya sudah terbiasa  membuat silabus  dan RPP, namun komponen di dalamnya belum memuat tujuan pembelajaran, hanya indikator pencapaian kompetensi. Karena indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran keduanya sama-sama merumuskan kemampuan siswa, maka seringkali timbul kebingungan atau keraguan di antara para guru tentang kesamaan dan perbedaan dari keduanya.

Untuk menjawab pertanyaan pada judul tulisan ini, terlebih dahulu perlu dicermati maksud dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Apa yang dimaksud dengan indikator pencapaian kompetensi? Menurut Standar Proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007, indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan kemampuan yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar (KD). Dengan demikian indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok ukur ketercapaian suatu KD. Hal ini sesuai dengan maksud bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

Apa yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran? Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu KD.  

Sebelum membahas tentang perbedaannya, mari kita bahas tentang persamaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Merujuk pada pengertiannya, tujuan pembelajaran mencerminkan arah yang akan dituju selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian arah proses pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Namun perlu diingat pula bahwa proses pembelajaran dikelola dalam rangka memfasilitasi siswa agar dapat mencapai kompetensi dasar. Pencapaian itu diukur dengan tolok ukur kemampuan yang dirumuskan dalam indikator pencapaian kompetensi. Agar kegiatan memfasilitasi berhasil optimal maka arah pembelajaran hendaknya mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Dengan demikian persamaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah pada fungsi keduanya sebagai acuan arah proses dan hasil pembelajaran.

Mari sekarang kita bahas tentang perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran, setiap siswa akan diukur pencapaian kompetensinya. Bagi siswa yang pencapaian kompetensinya belum mencapai kriteria yang ditetapkan (kriteria itu populer dengan nama KKM atau Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal) maka ia akan mendapat pelayanan pembelajaran remidi untuk memperbaiki kemampuannya yang didahului dengan analisis kesulitan atau kelemahannya dan diakhiri dengan penilaian kemajuan belajarnya. Mengingat bahwa tolok ukur yang digunakan dalam pengukuran itu adalah kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi maka dapat diartikan bahwa indikator pencapaian kompetensi merupakan target kemampuan yang harus dikuasai siswa secara individu atau dengan kata lain bahwa indikator pencapaian kompetensi adalah target pencapaian kemampuan individu siswa.
Merujuk pada pengertiannya, maka tujuan pembelajaran adalah gambaran dari proses dan hasil belajar yang akan diraih selama  pembelajaran berlangsung. Ini berarti tujuan pembelajaran adalah target kemampuan yang akan dicapai oleh seluruh siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah bahwa kemampuan yang dirumuskan pada indikator pencapaian kompetensi merupakan target pencapaian kemampuan individu siswa sedangkan kemampuan yang dirumuskan pada tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kemampuan siswa  secara kolektif.

Setelah pertanyaan tentang perbedaan antara indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran terjawab, pertanyaan berikutnya yang sering muncul adalah: apakah rumusan kemampuan pada tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi selalu sama? ataukah dapat berbeda? Dengan mencermati persamaan dan perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran, dapat terjadi keseluruhan rumusan kemampuan pada tujuan pembelajaran sama dengan keseluruhan rumusan kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi. Namun dapat pula terjadi sebagian rumusan tujuan pembelajaran tidak sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Mengapa?.  
Merujuk pada pengertian indikator pencapaian kompetensi sebagai tolok ukur dalam penilaian dan tujuan pembelajaran yang menggambarkan proses dan hasil belajar, maka dapat terjadi kemampuan yang akan diraih siswa selama pembelajaran berlangsung targetnya sama dengan kemampuan tolok ukur. Jika ini yang terjadi berarti keseluruhan rumusan tujuan pembelajaran sama dengan keseluruhan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Dapat pula terjadi target pencapaian kemampuan selama pembelajaran berlangsung tidak sama persis dengan kemampuan tolok ukur. Hal itu disebabkan antara lain diperlukannya proses belajar pendukung agar siswa dapat mencapai kemampuan tolok ukur dengan baik. Dalam hal ini maka keseluruhan rumusan tujuan pembelajaran tidak sama persis dengan keseluruhan rumusan indikator pencapaian kompetensi, karena ada tujuan pembelajaran lain yang mendukung.

Untuk melengkapi pembahasan di atas, berikut ini diberikan ilustrasi persamaan dan perbedaan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran.

1.      Misalkan dipilih KD 3.1 Kelas VIII, yaitu ”menggunakan teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku”. Misalkan dikembangkan 2 indikator pencapaian kompetensi pada KD 3.1, yaitu siswa mampu: (a) menuliskan teorema Pythagoras, (b) menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku dengan Teorema Pythagoras. Posisi indikator (a) adalah indikator  pendukung atau jembatan yaitu indikator yang tuntutan kemampuannya  harus ditunjukkan sebelum kemampun yang dituntut KD-nya dicapai. Posisi indikator (b) adalah sebagai indikator kunci. Indikator kunci adalah penanda pencapaian suatu KD dengan target minimal. Tuntutan kemampuan pada indikator kunci mewakili tuntutan kemampuan KD-nya.
2.      Untuk mengukur pencapaian kemampuan dengan tolok ukur indikator (a) maka perlu dilakukan penilaian dengan cara antara lain memberikan  kepada siswa beberapa gambar segitiga siku-siku kemudian meminta siswa menuliskan Teorema Pythagoras yang berlaku pada gambar segitiga-segitiga tersebut. Untuk mengukur pencapaian kemampuan melalui indikator (b) maka perlu dilakukan penilaian dengan cara antara lain memberikan kepada siswa beberapa segitiga siku-siku yang sebagian sisinya sudah diketahui panjangnya, selanjutnya siswa diminta menghitung panjang sisi segitiga siku-siku yang panjangnya belum diketahui. Penilaian dilakukan setelah guru memfasilitasi pembelajaran yang relevan.
3.      Pada proses pembelajaran, mengingat bahwa di Kelas VII maupun di  Sekolah Dasar (SD)  siswa belum pernah belajar tentang Teorema Pythagoras maka guru perlu memfasilitasi siswa agar terlebih dahulu  belajar ’menemukan’  Teorema Pythagoras. Setelah itu siswa diminta menjelaskan apa yang ditemukan, diikuti dengan berlatih menuliskan Teorema Pythagoras pada beberapa segitiga siku-siku. Nama dan posisi gambar segitiga-segitiga siku-siku yang diberikan kepada siswa hendaknya bervariasi. Berikutnya siswa berlatih menerapkan Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku. Segitiga  siku-siku yang diberikan kepada siswa hendaknya  dengan berbagai nama dan posisi gambar, dikemas sendiri-sendiri dan terintegrasi dalam gambar segitiga lancip atau segitiga tumpul. Untuk kepentingan itu maka perlu dirumuskan 3 tujuan  pembelajaran yaitu setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa mampu: (a) menemukan Teorema Pythagoras , (b) menuliskan teorema Pythagoras dan (c) menentukan panjang sisi segitiga siku-siku dengan Teorema Pythagoras.
4.      Untuk mencapai tujuan (a) dan (b) guru antara lain dapat meminta siswa agar bekerja dalam kelompok yang difasilitasi alat peraga atau LKS dan mempresentasikan hasil ’temuannya’ kemudian berlatih menuliskan Teorema Pythagoras yang berlaku pada segitiga-segitiga siku-siku dalam berbagai nama dan posisi gambar. Untuk mencapai tujuan (c) siswa dapat difasilitasi belajarnya secara individual, kelompok atau klasikal, tergantung strategi pembelajaran yang dipilih guru.
5.      Mengapa rumusan tujuan (a) tidak ada pada rumusan indikator pencapaian kompetensi? Menemukan Teorema Pythagoras adalah target pencapaian kemampuan secara kolektif, bukan individu. Kecuali itu kemampuan menemukan Teorema Pythagoras itu mencerminkan kemampuan dalam proses, belum sebagai hasil belajar,  sehingga walaupun dikembangkan tujuan pembelajaran (a) namun tidak perlu tujuan pembelajaran (a) itu tercermin pada indikator pencapaian kompetensi.
6.      Mengapa rumusan tujuan pembelajaran (b) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (a)? Target hasil belajar sesuai KD 3.1 adalah siswa mampu menggunakan Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku. Kemampuan itu akan dicapai dengan baik oleh siswa bila mereka benar-benar paham apa yang dimaksud dengan Teorema Pythagoras yang ditunjukkan dengan mampu menuliskan Teorema Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-siku. Jadi, menuliskan Teorema Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-siku merupakan hasil belajar yang seharusnya dikuasai setiap siswa. Bila kita tidak yakin bahwa secara individu sebagian besar siswa mampu memahami maksud Teorema Pythagoras, sehingga mampu menuliskan Teorema Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-siku, maka kita perlu menuliskannya sebagai indikator pencapaian kompetensi. Posisi indikator tersebut sebagai indikator pendukung atau jembatan. Karena dirumuskan sebagai indikator, berarti menjadi tolok ukur pencapaian kemampuan siswa secara individu, sehingga setiap siswa harus diukur pencapaian kemampuannya pada indikator itu. Dalam hal ini maka perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau searah dengan indikatornya. Oleh karenanya tujuan pembelajaran (b) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (a).
7.      Mengapa rumusan tujuan pembelajaran (c) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (b)? Karena target hasil belajar pada KD 3.1 adalah siswa mampu menggunakan Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku maka pada indikator pencapaian kompetensi harus dirumuskan kemampuan itu. Dalam hal ini maka perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau searah dengan indikatornya. Oleh karenanya tujuan pembelajaran (c) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi (b).

Bagaimana ruang lingkup kemampuan yang dirumuskan pada tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi? Mengingat tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kolektif, maka rumusannya dapat dipengaruhi oleh desain kegiatan dan strategi pembelajaran yang disusun guru untuk siswanya. Sementara rumusan indikator pencapaian kompetensi tidak terpengaruh oleh apapun desain atau strategi kegiatan pembelajaran yang disusun guru karena rumusannya lebih bergantung kepada karakteristik KD yang akan dicapai siswa. Perlu diingat pula bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian, yaitu sebagai tolok ukur pencapaian KD, sehingga tujuan pembelajaran harus searah dengan tolok ukurnya dan hendaknya dapat memfasilitasi siswa agar dapat mencapai kemampuan yang dirumuskan oleh tolok ukurnya. Dengan demikian berarti ruang lingkup kemampuan pada tujuan pembelajaran dapat lebih luas atau sama dengan ruang lingkup kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi. Hal itu sesuai dengan target kemampuan yang akan dicapai pada tujuan pembelajaran, yaitu mencakup proses dan hasil belajar, sementara target kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi adalah target hasil belajar. Dan tidak logis bila ruang lingkup kemampuan pada tujuan pembelajaran lebih sempit dari ruang lingkup kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi. Mengapa? Bila ruang lingkup kemampuan pada tujuan pembelajaran lebih sempit dari ruang lingkup kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi, maka proses fasilitasi pembelajaran cenderung tidak lengkap atau tidak memadai untuk mengantarkan siswa mampu mencapai kemampuan sesuai tolok ukur.

Jawaban pertanyaan pada judul tulisan ini dalam perspektif pembelajaran matematika. Mengingat setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri maka dimungkinkan adanya sedikit perbedaan atau kekuranglengkapan atau kelebihan uraian bila tulisan ini diterapkan pada mata pelajaran lain. Namun demikian, apapun argumen yang dikemukakan untuk menjawab pertanyaan pada judul tulisan ini, uraiannya seharusnya mengacu pada Standar Proses sebagai bagian dari Standar Nasional Pendidikan. Bila Anda guru yang mengelola pembelajaran matematika (SD/SMP/SMA/SMK), sudahkah Anda mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran pada RPP dengan mempertimbangkan hal-hal seperti diuraikan di atas? Bila Anda sudah melakukannya, selamat untuk Anda. Bila Anda belum melakukannya, semoga Anda termotivasi untuk segera merevisi RPP Anda. Penulis berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang berhasil optimal dimulai dari perencanaan pembelajaran yang cermat dan sesuai kondisi siswa kita. Anda setuju? Selamat berkarya. Mari berusaha agar  semakin hari kita semakin profesional dalam bekerja dan Allah SWT senantiasa meridhoi usaha-usaha kita. Amien.

Daftar Pustaka
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006). Jakarta: Depdiknas
Depdiknas.2007. Standar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). Jakarta: Depdiknas


18 Nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.


1. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.




2. Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.




3. Budaya
Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.




4. Tujuan Pendidikan Nasional
Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.




Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini :
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
© all rights reserved
dibuat dengan penuh oleh Wiji Hatmoko